Anggota biro politik Hamas, Ezzat al-Resheq, mengutuk keputusan polisi Israel untuk mengusir Syekh Ikrima Shabri, kepala Dewan Tinggi Islam di Yerusalem yang diduduki, dari Masjidil Aqsa sebagai “campur tangan terang-terangan dalam urusan Masjid” dan “pelanggaran terhadap kebebasan beragama.”
Dalam sebuah pernyataan singkat pada Jumat (2/8), Resheq menggambarkan Syekh Shabri sebagai “salah satu tokoh agama Palestina yang paling penting,” dan menyatakan bahwa otoritas pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas segala bahaya yang menimpanya sehubungan dengan eksposurnya terhadap kampanye hasutan Israel.
Polisi Israel menculik Syeikh Shabri dari rumahnya di Yerusalem karena ia sedang berkabung dan mengenang syuhada Ismail Haniyah, Ketua Biro Politik Gerakan Hamas, selama khutbah Jumat yang ia sampaikan di Masjidil Aqsha.
Kemudian, polisi membebaskannya dengan syarat tidak boleh memasuki Masjidil Aqsha hingga hari Ahad mendatang, dan mengancam akan memperpanjang pengusirannya dari tempat suci tersebut selama enam bulan.