Pemerintah Indonesia mengangkat keberhasilan penerapan teknologi Bendung Modular di World Water Forum ke-10 yang digelar pada 18—25 Mei 2024 di Bali. Teknologi ini dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk meningkatkan produktivitas irigasi guna menjaga ketersediaan air dan ketahanan pangan.
Menteri PUPR yang juga Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum ke-10 Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa inovasi dan teknologi memang diperlukan dalam pembangunan infrastruktur air. Hal itu sejalan dengan misi penyelenggaraan World Water Forum ke-10 yang ingin mewujudkan air untuk kesejahteraan bersama.
“Pemanfaatan teknologi yang tepat guna, efektif, dan ramah lingkungan juga didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan sehingga manfaat infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang,” kata Basuki dalam keterangannya, Senin (13/5/2024) di Jakarta.
Teknologi Bendung Modular menjadi alternatif dalam pembangunan bendung yang lebih mudah, lebih murah, dan lebih cepat. Proses konstruksinya bisa mengurangi ketergantungan terhadap alat berat dalam pemasangan bekisting, sehingga memudahkan daerah pelosok dengan akses jalan yang sulit untuk menerapkan inovasi ini.
Salah satu peneliti teknologi Bendung Modular yang juga menjabat sebagai Fungsional Perekayasa Madya Balai Hidrolika dan Geoteknik Keairan Kementerian PUPR James Zulfan menjelaskan bahwa teknologi ini menggunakan modul blok beton terkunci yang didesain khusus untuk kepraktisan di lapangan sehingga dapat menghemat waktu dan biaya pembangunan sampai 40 persen.
“Seperti Lego, bendung modular mempunyai kekuatan dan fungsi yang sama dengan bendung konvensional,” ujar James, dikutip situs resmi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB), Senin (13/5/2024).
Inovasi yang telah terdaftar dan mendapatkan paten dari Kementerian Hukum dan HAM ini masih terus dikembangkan dan dikolaborasikan dengan program padat karya. Prototipe Bendung Modular pertama dibangun pada 2013 di Sungai Cikarag, Provinsi Jawa Barat. Setelahnya, di 2016 inovasi itu diterapkan di Sungai Kalisade, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan pada 2019 Sungai Gugubali, Morotai, Provinsi Maluku Utara.