Tokoh pers dan perfilman nasional, Prof. Salim Said (80), meninggal dunia setelah sempat dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Sabtu (18/05/2024) pukul 19.33 WIB.
Kabar meninggalnya pengamat politik dan militer itu dikonfirmasi oleh istrinya, Herawaty, dalam pesan singkat yang diterima sejumlah wartawan di Jakarta, Sabtu (18/05).
Dalam pesan yang sama disebutkan jasad almarhum Prof. Salim Said disemayamkan malam ini di rumah duka di Jalan Redaksi Nomor 149, Kompleks Wartawan PWI, Cipinang, Jakarta Timur.
Jenazah almarhum, menurut sumber yang sama, rencananya akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada Ahad siang (19/5).
Salim Said, seperti ditulisnya sendiri dalam buku “Dari Gestapu ke Reformasi” (2013), adalah putra Parepare, Sulawesi Selatan. Ia lahir sebagai putra tertua Haji Said dan Hajjah Salmah pada 10 November 1943 di Desa Amparita.
Salim Said menyelesaikan pendidikan sarjananya di FISIP Universitas Indonesia pada 1976. Gelar S-2 diperoleh dari Ohio University, AS, pada 1980. Kemudian ia juga meraih gelar doktor dari Ohio State University pada 1985.
Salim Said tercatat sebagai wartawan selama 25 tahun. Ia merupakan wartawan dan foreign travelling correspondent majalah Tempo. Ia juga salah satu pendiri majalah tersebut.
Salim juga berkecimpung di dunia seni. Ia pernah belajar dunia perfilman, belajar teater dan menjadi sutradara. Bahkan ia pernah selama hampir 10 tahun menjadi Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Pada awal reformasi, selama sembilan bulan Salim Said menjadi Anggota Badan Pekerja MPR. Lalu pada era Presiden SBY, ia ditunjuk menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Republik Ceko yang berkedudukan di Praha.
Salim juga merupakan seorang pengajar. Disebutkan, sebagai Guru Besar Ilmu Politik ia pernah mengajar di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan), SESKOAL, SESKO TNI dan PTIK.